29 Mei 2008

Humor:
Melihat Pesawat:
Sambil berlari - lari menggandeng neneknya, Tono menghampiri petugas parkir bandara.
"Pak, pesawat yang menuju ke Denpasar sudah take-off ?"
"Sudah 15 menit yang lalu."
"Wah...Sial ! kalau pesawat yang ke Sidney apa sudah terbang juga, Pak ?"
"Sudah 30 menit yang lalu."
"Kalau pesawat yang menuju Hongkong, bagaimana ?"
"Sudah berangkat 1 jam yang lalu."
"Lalu, pesawat yang ke Amsterdam ?"
"Anda ini sebenarnya mau ke mana sih ?"
"Nggak kemana - mana. Anu... Nenek saya ini belum pernah melihat pesawat dari jarak dekat.
Dia ingin melihatnya."
"Kurang Ajar... !"

Dara dan Gadis:
Karena ingin bekerja di lembaga bahasa, maka Joni dihadapkan pada suatu tes kecerdasan.
"Menurut Anda, sama atau tidak pengertian dara dan gadis itu?"
"Tidak sama, Pak."
"Bukankah gadis itu juga berarti dara?"
"Beda dong, Pak. Sutradara mana bisa dikatakan sutragadis, burung dara, mana bisa dikatakan
burung gadis."
"Benar juga apa katamu, ya?" gumam si penguji sambil merenung.

Beras Kencur:
"Mbak Yu, jamu...!" panggil pemuda kepada pedagang jamu gendong.
"Mau jamu apa, Mas ?"
"Jamu beras kencur. Segelas berapa harganya ?"
"Dua ribu rupiah"
"Wah, kok mahal amat sih ? Biasanya segelas cuma 500 rupiah."
"Kan harga beras sekarang mahal, Mas."
"Kalau begitu pakai beras saya saja deh. Kencurnya baru pakai punya situ, Mbak Yu."
"Numbuk berasnya di mulut mas, ya ?" kata si pedagang jamu sambil pergi dengan hati kesal.

Guna Uang:
"Om, bantu aku mengerjakan PR dong," kata keponakan Maradono.
"PR apaan sih ? Coba, apa saja pertanyaannya ?"
"Ini...Apa gunanya pasar ?"
"Untuk transaksi jual beli. Tulis tuh !"
Sang keponakan menulis, kemudian bertanya lagi, "Apa gunanya uang ?"
"Ada dua kegunaan...Satu untuk kerokan kalau masuk angin, dua sebagai alat pembayaran !"
"Om Dono gila !" teriak sang keponakan dengan jengkel.

Dua Kali:
Pada sebuah toko tekstil, seorang wanita memilih - milih kain bermotif bunga - bunga untuk
bahan baju. Kepada pelayan toko wanita itu bertanya:
"Yang ini berapa semeter?"
"Seratus ribu, Bu !" kata si pelayan.
"Astaga ! mahal benar. Yang ini berapa?" tanyanya lagi sambil memegang jenis kain yang lain.
"O yang itu dua kali astaga !"

Terlalu Malas:
pada suatu proyek pembangunan perumahan.
Mandor: "yang lain bisa bawa dua balok, kenapa kamu cuma sebalok?"
Buruh: "Sebab yang lain...Terlalu malas untuk dua kali jalan seperti saya."

Jalan - jalan:
Karena sudah terlalu sering meminta uang kepada ayahnya, maka permintaan Didi kali ini
ditolak oleh sang ayah.
"Tapi saya mau jalan - jalan dengan pacar saya, Ayah !" keluh Didi.
"Kalau hanya jalan - jalan, jelas yang dibutuhkan bukan uang, tapi kaki."

Mulai Bosan:
"Sialan ! Waktu kemarin - kemarin kita main, akulah yang selalu keluar jadi pemenangnya.
Sekarang, kok jadi kalah terus - terusan," keluh seorang ayah ketika bermain catur dengan
pemuda pacar anaknya.
"Jangan heran, Pak !" kata si pemuda. "Karena sekarang saya sudah mulai bosan dengan anak
Bapak !"

Perubahan Nasib:
Dua buah becak bertemu disebuah gang sempit. Kalau tak ada yang mengalah, maka mereka
sama - sama tak bisa maju.
"Aku tak mau mengalah, karena aku penarik becak paling lama di daerah ini," berkata yang
seorang.
"Baiklah, aku yang mengalah. Siapa tahu aku tak jadi tukang becak paling lama seperti kamu,
karena aku ingin perubahan nasib yang lebih baik," kata temannya.

Alergi:
Seorang wanita tua yang sudah nenek - nenek datang berobat kepada seorang dokter muda.
"Bolehkah saya menanggalkan semua pakaian saya, karena penyakit yang saya rasakan adalah
sakit - sakit pada sekujur tubuh. Dokter perlu memeriksanya bukan?" kata sang nenek.
"Sebentar, sebentar, jangan buka dulu. Saya perlu mencari tutup mata," kata sang dokter.
"Karena saya suka alergi kalau lihat nenek - nenek telanjang di depan saya."

Lupa Ingatan:
Dua orang dokter sedang berbincang - bincang.
"Paling malas ngobatin orang sakit lupa ingatan, soalnya sehabis diobatin lupa bayar ongkos
pengobatannya," ujar yang seorang.

Apalagi:
"Di Amerika kami boleh bebas mengecam Presiden Clinton," kata seorang wisman warga
Amerika

kepada guidenya.
"Apalagi di Indonesia, Tuan !" kata sang guide, "Kami bebas mencaci maki sepuas hati
Presiden Clinton."


Ikut - ikutan:
Sebuah mobil sedan dikejar oleh seorang petugas polantas karena kedapatan melanggar
rambu jalan.

Akhirnya sedan itu dapat juga dihentikan.
"Saudara kan tahu, di ujumg jalan tadi terdapat rambu lalu lintas yang mengisyaratkan
supaya

Saudara tidak mengindahkannya ?" tanya petugas polantas kepada pengendara sedan itu.
"Lebih - lebih Bapak sebagai petugas, seharusnya memberi contoh yang baik. Sudah
tahu saya

nerobos, kenapa Bapak ikut - ikutan ?"

Mana Enak:
Seekor kera di dalam kandang berkata kepada temannya.
"Enakan ikut manusia ya, nggak mikir cari makan."
"Kepalamu gundul," sahut temannya. "Harga sembako dikalangan masyarakat
Indonesia terus naik,

mana enak, jangan - jangan manusia bisa makan daging monyet."

Cacing Bodoh:
Seekor cacing merayap di atas rumput. Ketika mengangkat kepalanya, ia melihat
seekor cacing lain.

Dengan penuh gairah ia mencumbu teman barunya itu, karena telah jatuh cinta
pada pandangan pertama.

"Maukah Anda jadi istriku ?" tanyanya.
"Aku kan ekormu, Bodoh !"

Pelayan Goblok:
Di sebuah restoran, seorang pria merasa jengkel, pasalnya si pelayan menghidangkan
segelas kopi

tanpa sendok. Dipanggilnya pelayan itu, dan berkata menyindir:
"Kopi ini terlalu panas untuk diaduk dengan jari saya."
Si pelayan segera ke dapur, dan kembali ke meja pria itu dengan segelas kopi lagi
yang terus dihidangkan.

"Maaf, Tuan," katanya pada tamunya dengan hormat, "Kalau yang ini saya kira agak
lebih dingin."


Sedia Dimadu:
Ketika membaca sebuah surat kabar mingguan, seorang suami berkata pada istrinya:
"Bu, dalam rubrik jodoh ini, ada gadis yang bersedia dimadu. Rasanya aku
berminat..."

Sahut istrinya: "Apa tidak disebutkan di situ, bahwa gadis itu bersedia diracun
istri tua ?"


Mata Keranjang:
"Katanya kau mencintaiku, kenapa cinta adikku Rina kau terima juga. Sebenarnya
siapa sih yang

betul - betul kau cintai, Mas?"
"Aku juga bingung, Sari ! akhir - akhir ini malah aku naksir pada ibumu."

Tanpa Mandor:
Pada suatu hari, bos proyek datang ke lapangan dan bertanya kepada gogon,
"Berapa jumlah semua

tukang dan kulinya ?"
"Pokoknya semua tenaga kerja yang ada di sini sebanyak 143 bersama mandornya,
yaitu saya sendiri."

"O...Jadi kalau tanpa Anda, jumlahnya 142, ya?"
"Kalau tanpa saya malah nggak ada yang kerja, Pak. Habis mandornya nggak ada,
otomatis mereka nggak

pada kerja."



Tidak ada komentar: